Posted By: azlizank
Judul: "The Unfunniest Comedy" Mencari Keseriusan dalam Lawakan Cinta
Penerjemah: Ujang Maulana
Pengarang: Wiwien Wintarto
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Genre: Teen lit
Tebal: 272 hlm
Harga: Rp38.000 (disc 25% Toga Mas Surabaya)
Rilis: Agustus 2011 (Cet. 1)
ISBN: 978-979-22-7008-2
Summary:
Nyemplung sebagai pelatih tim lawak Ora Obah (nggak gerak) yang kebanyakan anggotanya adalah murid-muridnya di teater Obah, membuat Bimo mengalami petualangan tidak biasa yang membuatnya menemukan obat penawar kesendirian yang selama ini diabaikannya. Tapi, tentu saja, petualangan tidak menarik jika terjadi datar dan mulus saja. Serangkaian peristiwa yang melibatkan para personel Ora Obah: Vian, Ruben, Odi, Ardi, dan beberapa nama lain menghadirkan liku-liku kehidupan yang sudah pasti tak akan dilupakan oleh seorang seniman seperti Bimo.
I am a loyal reader, you know.
Sekali aku menyukai karangan seorang pengarang, percayalah, aku bakal menyukai karangan-karangannya yang lain. Termasuk karangan si mas yang satu ini, Wiwien Wintarto, yang sudah “menjebak”ku dalam kenikmatan membaca. Natural dan beda. Satu dari sedikit novel (teen lit atau metropop) yang tidak bersetting di Jakarta. Bahkan, hampir keseluruhan novel karya WW (yang sudah kubaca) bersetting di Semarang dan sekitarnya. Nice choice! Biar nggak Jakartasentris.
Tentang teen lit terbarunya ini, hmm, dengan banyaknya karakter yang diciptakannya plot tersusun kompleks namun berhasil diberikan pilihan pemecahan permasalahan masing-masing. Easy one? Mungkin, iya, tapi mau bagaimana lagi? Dibuat rumit juga malah nggak selesai-selesai masalahnya, kan? Yang pasti, menurutku, solusi yang ada sangat unpredictable yet logic.
Oke, benang merah ceritanya adalah tentang grup lawak yang mencoba eksis di dunia showbiz namun untuk beberapa part tidak begitu mengundangku untuk ikut tertawa, apa karena judulnya unfunniest comedy? Komedi paling nggak lucu? Hahaha, salahkan judulnya. But, ada juga sih celetukan ringan nan kocak yang mau nggak mau bikin aku ngakak. Not bad. Lucu, segar, menghibur.
Gaya menulis, check. Plot, check. Karakter, check. Diksi, check. Konflik, check. Ending, check. What else? Ehmm, secara tersirat atau pun tersurat ada banyak ide, entah aslinya memang ingin ditonjolkan atau tidak, yang disampikan oleh pengarang tentang apa saja. Tips persahabatan dan percintaan. Taaruf versus pacaran. Keterbukaan. Dan, berjuanglah dengan logika. Cinta itu membutakan, tapi tetap pakailah logika. Emosi hanya akan membakar dan menghanguskan semua yang ada. Maka, jika tidak ada yang tersisa, bagaimana bisa berjuang untuk cinta?
Widihhh, another John Mayer in the novel. OH-MY-GOD! He’s everywhere. Gosh! Me: fine, tapi ya... agak curious aja.
Oya, frankly, I hate the cover. Nggak banget, menurutku. It could be better. It suppossed to have a better reppresentative cover. Tapi, yahh...yang lebih tahu soal beginian kan yang nerbitin, ya. Ini mah subjektivitasku sebagai pembaca aja.
Beberapa hal teknis yang perlu mendapat concern:
- Aba-aba baris berbaris itu “tegap, grak!” apa “tegak, grak!”?
- Di hlm. 103, Bimo bilang akan bertemu Ibu Renata yang adalah asisten GM Novotel, tapi kenapa di hlm. 122 Bimo serasa baru ngeh kalau ibu Renata itu ‘ternyata’ asisten GM Novotel?
- Inkonsistensi penggunaan kata ‘improv’ (hlm. 221) dan ‘improf’ (hlm. 214, 246)
Selamat membaca, kawan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar