Sejarah telah mencatat pertentangan aliran heliosentris yaitu: matahari sebagai pusat tata surya dengan geosentris yaitu: bumi sebagai pusatnya. Pertentangan ini terus berkecamuk sampai sekarang, padahal kedua benda (matahari dan bumi) adalah benda yang tidak lepas dari pengamatan kita sehari-hari, baik dalam keadaan diam dan bergerak.
Pertentangan ini terus berlanjut di kalangan ilmuan, hal ini menjadi pertanyaan “adakah kepentingan akan sesuatu hal dibalik wacana ini”. Bukankah hal ini berkaitan dengan fisika, suatu ilmu pasti yang berkaitan dengan alam semesta. Mengapa para ilmuan terasa kabur dalam menjelaskan permasalahan heliosentris vs geosentris. Permasalahan ini adalah suatu hal yang nyata dan dapat kita menyaksikan dan merasakkan kejadian alam yang berkaitan dengan kedua benda itu, tentunya jawaban pasti yang ingin kita dapatkan.
Dalam sejarah telah mencatat silih bergantinya kedua paham ini. Paham heliosentris yang diusung oleh Pythagoras yang hidup sekitar tahun 500 SM. Kemudian dibantah oleh Aristoteles yang berpendapat bahwa bumi adalah pusat jagat raya, berbentuk bulat dan matahari serta bintang-bintang mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam. Teori ini dikenal dengan Geosentris. Teori ini dikuatkan oleh ilmuan lainnya yaitu: Iskandar Ptolomeus yang hidup tahun 151-127 SM. Teori ini bertahan selama 12 abad sejak zaman Ptolomeus. Tetapi akhirnya muncullah Nicolaus Copernicus yang hidup tahun 1473-1543 M. Ia memunculkan teori yang berbeda dengan yang sebelumnya. Dalam bukunya yang ditulis tahun 1507 M, De Revolutionibus Orbium Caelestium (peredaran alam semesta), ia mengemukakan bahwa matahari sebagai pusat tata surya, teori ini dikenal dengan Heliosentris. Akankah kembali kepada teori Geosentris, dimana bumi sebagai pusat. Dalam hal ini penulis memunculkan wacana-wacana yang mudah-mudahan menjadi bahan perenungan, sehingga kita dapat menyingkap kebenaran ciptaan-Nya.
Bumi itu bulat
Telah disepakati oleh para ilmuan bahwa bumi itu bulat. Dan Al-Qur’an pun menukilkan demikian dalam surat Az-Zumar 39:5. Allah berfirman : “... Dia memutarkan malam atas siang dan memutarkan siang atas malam ...”. Juga banyak sekali bukti yang bisa kita saksikan sendiri langsung dengan panca indera kita yang menunjukkan bahwa bumi itu bulat, di antaranya :
- Berlayarlah kearah barat atau timur terus menerus, maka suatu ketika kita akan sampai ditempat semula saat berangkat.
- Pergilah ketepi laut, lihatlah kapal yang pergi berlayar meninggalkan tepi pelabuhan maka akan kita saksikan bahwa ia semakin lama semakain turun dan akhirnya kelihatan hanya bagian atasnya saja, lalu beberapa saat kemudian hilang.
Langitpun bulat
Keberadaan langit sebagai atap bumi, sedangkan bumi itu bulat, maka langitpun bulat. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiya 21:32. “ Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terjaga ...”. jika kita meyakini demikian, maka bumi sebagai pusat bulatan langit yang sangat luas dengan kata lain bumi sebagai pusat jagat raya.
Lalu bagaimana dengan teori Big Bang? Teori yang menyatakan bahwa alam semesta tercipta karena ledakan yang maha dahsyat dan kemudian alam semesta terus berkembang dan mengembang. Benarkah demikian? Bukankah ledakan sehebat apapun akan menghasilkan ketidakteraturan dan kekacauan, sesuatu dapat meledak itu pasti ada sebabnya, ada bahan terjadinya suatu ledakkan. Sangat ironis kalau kita meyakini hal ini, kita harus meyakini bahwa alam semesta ada karena diciptakan Allah dengan perhitungan nan sempurna, bukan karena ledakan yang cenderung tidak teratur. Dan Allah menciptkan Bumi terlebih dahulu sebagai pusat dari pada langit. Sebagaimana firman Allah dalam surat Fushsilat 41:9-12.
Bumi sebagai pusat tata surya
Allah berfirman dalam surat Yassin 36:40 “ Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”. Kita dapat membuktikan sendiri dan dapat merasakan fenomena alam ini. Cobalah kita berdiri ditengah tanah lapang dari pagi sampai sore, siapakah yang bergerak bumi atau mataharikah yang bergerak? Kemudian lanjutkan, masih ditempat yang sama dari malam sampai pagi, maka kita akan temukan bulan dan mataharipun sirna, siapakah yang bergerak bulan atau bumikah yang bergerak? Kita dapatkan jawabannya, bahwa bulan dan matahari yang bergerak mengelilingi bumi, bulan dan mataharilah yang memiliki garis edar seperti yang dinukilkan pada firman Allah diatas. Maka dapat kita pastikan bumi sebagai pusat tata surya.
Lalu bagaimana dengan planet yang lain beredar mengelilingi matahari atau bumikah? Penulis ambil contoh planet venus, planet yang dekat dengan bumi. Cobalah kita keluar rumah dan memandang kearah langit bagian timur di waktu shubuh (pukul : 4.30-5.00 WIB), maka kita akan dapatkan cahaya seperti bintang atau yang dikenal bintang kejora nama lain dari planet venus, planet yang paling baik mementulkan cahaya matahari sehingga dia memencarkancahaya layaknya bintang. Keesokan harinya diwaktu dan posisi yang sama kita akan menemukan planet venus kembali, seperti setiap malam kita temukan bulan dan pagi kita temukan matahari. Hal ini menunjukkan plenet venus beredar mengelilingi bumi.
Bumi itu diam tidak berotasi
Banyak sekali firman Allah yang menunjukkan bahwa bumi itu diam tidak bergerak (berotasi). Seperti firman Allah pada Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan bergeser, dan sungguh jika keduanya akan bergeser tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia itu Maha penyantun lagi Maha pengampun. [ Qs. Fathir 35:41]. Ayat ini sangat jelas menunjukan bahwa bumi tidak bergerak, karena seandainya bumi bergerak mengelilingi matahari maka berarti dia bergeser dari satu tempat ke tempat lainnya.
“Allah yang menjadikan bumi bagi kamu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap ...”.[Qs. Ghofir 40:64]. Jelaslah bahwa bumi itu tempat tinggal yang baik bagi manusia, di atasnya manusia bisa berjalan dengan nyaman dan beratapkan langit sebagai atap yang terjaga bagi alam. Dalam Qur’an surat yang lain Allah menyebutkan manusia dicipta dan menjadi penguasa di bumi, bukan di planet yang lain. “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “ sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kolifah di muka bumi...”.[Qs.Al-Baqoroh 2:30].
Lalu bagaimana jika bumi berotasi, seperti yang di yakini saat ini. Bahwa bumi berotasi sangat cepat sehingga air laut tidak tumpah dan kita tidak merasakan apapun, benarkah demikian?
Cobalah perhatikan dan renungkan beberapa peristiwa berikut:
- Ambilah sebuah bola pingpong dan lumuri dengan madu kental. Kemudian putarlah bola tersebut apa yang terjadi? Madu akan berceceran itu pun kental bagaimana dengan air laut yang encer, benarkah kita tidak merasakan getaran bola tersebut.
- Fenomena ibadah puasa di bulan Ramadhan, ketika menjelang berbuka puasa, masyarakat kita banyak keluar rumah “ngabuburit”, seraya menyaksikan matahari kapan terbenam dan dapat dipastikan terbenam dalam hitungan menit, lalu bagaimana jika bumi berotasi dapatkah kita pastikan waktu berbuka puasa. Begitu juga dengan perayaan tahun baru yang banyak di rayakan di penjuru dunia, asia, amerika eropa, australia dan afrika. Bahkan di indonesiapun tak ketinggalan ikut merayakannya. Dalam perayaan tersebut dapat dipastikan indonesia bagian timur terlebih dahulu yang akan merayakan, kemudian tegah dan barat. Terompetpun berteriak ditengah kesunyian malam. Masihkan kita bertanya bumi itu berotasi.
- Jika kita pernah naik pesawat terbang, di ketinggian kita akan melihat bulatnya bumi, berputarkah ia? Kita bisa memastikan akan sampai di bandara tujuan pukul sekian dan waktu pulangpun akan menempuh waktu yang sama, bahkan pilot bisa memastikan dibandara mana pesawat akan tinggal landas, itu karena bumi tidak berotasi.
Telah berabad-abad diajarkan disemua bangku pendidikan, dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi, bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari sekali dalam setahun dan bumi berotasi sekali dalam sehari semalam yang mengakibatkan seakan-akan matahari bergerak dari timur ke barat setiap harinya.
Apakah ini sebuah kebenaran yang mesti kita yakini ataukah kita selama ini berada dalam sebuah kebohongan ilmiah?
Apakah memang bumi mengelilingi matahari, ataukah sebaliknya?
Tulisan ini menyingkap kabut tebal yang sudah sekian lama menutupi sinar kebenaran yang terpancar dari Al-Qur’an.
Bacalah dan renungkanlah, semoga Allah menunjukkan kita kepada jalan yang lurus.
*Artikel ini Pernah di muat di blog SMA YPHB Bogor.
Penulis adalah Guru Fisika SMA YPHB Bogor dan SMA NEGERI 1 LOHBENER. INDRAMAYU.
Keren :)
BalasHapus